Rabu, 16 April 2014

BIOGAS DAN BIODIESEL SEBAGAI PEMANFAATAN LIMBAH SAWIT



BIOGAS DAN BIODIESEL DARI LIMBAH CAIR PENGOLAHAN PABRIK KELAPA SAWIT (PKS)
Selama ini limbah cair dari pabrik kelapa sawit (PKS)selalu terbuang sia-sia. Padahal dengan menerapkan teknologi terbarukan,  limbah cair buangan dari pabrik kelapa sawit bisa  menjadi biogas.  Biogas itu sendiri adalah gas metana yang diperoleh dari limbah cair hasil pengolahan kelapa sawit yang dapat digunakan untuk penghasil listrik maupun untuk kebutuhan rumah tangga.Sudah ada beberapa PKS di Sumatera Utara maupun di Riau yang pertama menggunakan genset berbahan dasar limbah cair dari PKS (pabrik kelapa sawit). Sebelumnya dua perusahaan kelapa sawit milik swasta di Riau juga sudah menggunakan teknologi yang sama. Di salah satu perusahaan perkebunan BUMN di Riau selama ini ada tiga mesin pembangkit dengan daya seluruhnya mencapai 3 MW yang menghabiskan bahan baku solar 11.000 per hari tentunya dengan harga non subsisi. Namun kini, dalam hitungan lebih setahun perusahaan perkebunan plat merah ini menawarkan sebuah teknologi terbarukan dengan menggunakan bahan dasar limbah cair kelapa sawit yang biasanya terbuang begitu saja. Alat genset bahan dasar gas itu memang lumayan mahal, harganya menembus US$ 3 juta. Satu sisi harga genset dengan bahan dasar solar hanya berkisar US$ 700 ribu.

Hitungan investasi awal, memang dirasakan seperti lebih mahal menggunakan genset bahan dasar gas. Namun bila dirunut jangka panjang, ternyata jauh lebih murah ongkos dengan bahan dasar biogas.
Kolam limbah berukuran 110m x 50m dengan kedalam 6 meter, kini telah disulap menjadi bahan dasar biogas. Kolam limbah yang berpagar besi itu dulunya terbuka begitu saja. Tak ada yang bisa dimanfaatkan untuk apapun. Namun sekarang, kolam itu bak kubah. Sebuah plastik yang tahan dipergunakan selama 20 tahun menutupi seluruh kolam limbah tersebut. Dengan ketinggian di tengah kubah sekitar 6 meter dari permukaan air limbah. Inilah proses dari pembuatan biogas yang bisa jadikan pembangkit listrik.

Secara teknis Biogas plan mendapat asupan limbah cair sekitar 420 M3/hari (21 M3/jam) dari PKS Tandun. Limbah cair itu dialirkan ke kolam stabilisasi untuk kemudian dengan pompa kapasitas 20 M3/jam dialirkan ke dalam kolam anaerobik digester kapasitas 24.000 M3(kolam bertudung yang mencegah limbah cair menguap ke udara). Pada suhu 300 C kandungan organik yang terkandung di air limbah di degradasi menjadi biogas dan air. Biogas yang dihasilkan mengandung sekitar 60% CH4, 38% CO2 dan 2% H2S. Biogas yang dihasilkan adalah sebesar 10.188,76 M3 biogas/ hari (509,44 M3 biogas/jam).Biogas yang ditangkap kemudian dibersihkan dari kandungan H2S dan diturunkan kadar airnya untuk kemudian dimanfaatkan sebagai bahan bakar guna menggerakkan Biogas Generator dengan kapasitas 1000 kW/jam, yang membutuhkan bahan bakar biogas sebesar 9.795,92 M3 / hari atau 489,80M3 /jam.



Dari kolam limbah PKS yang berkapasitas 30 Ton TBS/Jam akan menghasilkan gas yang bisa membangkitkan daya listrik sebesar sekitar 1,2 MW. Dengan adanya pembangkit biogas ini, bisa hemat bahan bakar solar untuk pemakaian genset setara dengan pemakaian solar antara 4500 sampai 6000 liter per hari. Biogas dari limbah cair PKS ini, pun mendapat perhatian dari PBB. Belum lama ini PBB mengutus perwakilannya untuk melongok biogas tersebut. PBB saat ini terus memantau biogas ini untuk nantinya diakui sebagai pembangkit listrik yang ramah lingkungan karena turut mengurangi gas rumah kaca. Termasuk juga dari sejumlah peniliti dari Jepang serta LIPI.





BIOGAS DARI LIMBAH CAIR PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

LIMBAH KELAPA SAWIT SELAMATKAN KRISIS LISTRIK DI INDONESIA



ENERGI TERBARUKAN DARI LIMBAH KELAPA SAWIT SELAMATKAN KRISIS LISTRIK INDONESIA.
Dari jurnal Global  Workshop on Clean Energy Development yang dirilis oleh  United States Agency International Development (USAID) di Washington DC, Amerika Serikat. Dimana Workshop tersebut memperbincangkan berbagai kebijakan untuk memanfaatkan potensi limbah sebagai sumber energi atau sumber energi baru terbarukan. Kesimpulan dari workshop tersebut adalah bagaimana menyelematkan dunia dari pemanasan global (global warming) dengan energi terbarukan.

Dalam konsep dan wacana yang lebih prospektif, saya lebih menekankan dan ingin mengungkapkan tentang  potensi besar kelapa sawit dikaitkan dengan pengelolaan dan pemanfaatannya sebagai sumber energi listrik di daerah Sumatera Utara. Titik fokusnya  pada limbah padat dan limbah cair dari kelapa sawit. Pasalnya, dari limbah padat dan limbah cair industri kelapa sawit yang ada di negeri ini, menghasilkan potensi energi berbentuk biomass dan biogas yang sangat besar.

Biomass (sumber energi dari limbah padat) dan biogas (sumber energi dari limbah cair) merupakan sumber energi alternatif dari bahan bakar gas. Namanya saja gas, darinya banyak pemanfaatan sebagai sumber energi. Di antaranya sebagai pembangkit tenaga listrik. Saat ini, di  Sumatera Utara dan Riau terdapat 346 Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang sudah beroperasi dan 20 unit PKS dalam tahap pembangunan. Dari limbah PKS yang ada saja —dengan berkapasitas 30-90 ton TBS/jam— sudah dapat menghasilkan sumber energi listrik dari biogas sebesar 400 mega watt (MW).


Sedangkan dari limbah padatnya (biomass), dari tandan kosong (Tankos) dan cangkang, mampu menghasilkan energi listrik sebesar 60 MW. Hitungan sumber energi tersebut masih dalam hitungan sumber energi yang ada di PKS hasil dari  pengolahan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Belum terhitung dari sumber energi dalam bentuk limbah padat (biomass) berupa pelepah-pelepah kelapa sawit di areal perkebunan, yang dalam masa-masa perawatan memang harus dipotong.
Begitu besarnya potensi tersebut untuk pemanfaatan listrik dan gas dari kelapa sawit sebagai efek positif dari pemanfaatan limbah kelapa sawit tersebut, besarnya potensi sumber energi terbarukan itu semestinya dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Dari factor bahan baku, dalam proses rutinitas perkebunan sebenarnya sudah tidak ada masalah.
Tentang kemungkinan kendala pemasaran, saya kira juga tidak ada masalah. Pangsa pasar dalam memasarkan listrik sudah jelas. Pihak perusahaan bisa menjual listrik tersebut ke PT PLN sebelum didistribusikan ke konsumen (masyarakat).

Demi pemerataan pembangunan, masyarakat di pelosok daerah (kampung tertinggal) juga berhak mendapatkan fasilitas yang sama dengan masyarakat lainnya untuk menikmati terangnya cahaya sepanjang waktu. Sebagaimana dimaklum, listrik tidaklah sebatas penerang, karena sumber energi listrik memang sangat berperan penting dalam berbagai aktivitas rumah tangga dan kehidupan manusia.
Pengolahan biogas dan biomass dengan tepat dan cara yang lebih baik, tentu akan menciptakan penggunaan energi yang bersih. Bila hal tersebut dilakukan, maka kita di negeri ini, baik langsung maupun tidak langsung telah turut berupaya menyelamatkan bumi dari pemanasan global. Pemanfaatan biogas dan biomass sebagai sumber energi listrik, juga akan membuat pola perkebunan di Indonesia  akan ramah lingkungan. Dengan memanfaatkan biomass dan biogas dari kelapa sawit sebagai sumber energi listrik yang ramah lingkungan,diharapkan isu-isu negatif tentang lingkungan  akan dapat terbantahkan .Pemanfaatan limbah padat dan limbah cair sebagai energi bersih terbarukan akan membuat carbon dioksida (CO2) tidak langsung terbang membumbung ke atmosfir  bumi yang dapat membahayakan (efek gas rumah kaca).




ENERGI TERBARUKAN LIMBAH KELAPA SAWIT DI KEK SEI MANGKEI



ENERGI TERBARUKAN DARI LIMBAH KELAPA SAWIT
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang memiliki prospek cerah. Peningkatan produksi dan konsumsi dunia terhadap minyak sawit secara langsung dapat meningkatkan dampak negatif terhadap lingkungan. Pada proses produksi minyak sawit limbah dihasilkan dari berbagai stasiun kerja dari proses produksi. Artikel ilmiah ini memperkenalkan teknologi penanganan dan pemanfaatan limbah industri kelapa sawit. Limbah padat yang dihasilkan dari proses pengolahan TBS kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit yaitu tandan kosong kelapa sawit (TKKS), serabut (fiber), dan cangkang/tempurung (shell). Pemanfaatan limbah padat dari pengolahan kelapa sawit dapat dilakukan berdasarkan nilai energi panas (calorific value). Cangkang dan serat (fibre) dimanfaatkan sebagian besar atau seluruhnya sebagai bahan bakar boiler. Cangkang juga dapat digunakan sebagai pengeras jalan. TKKS dan cangkang (shell) yang juga memiliki nilai energi panas cukup tinggi saat ini banyak dimanfaatkan sebagai pembangkit energi listrik dan sebagai mulsa (penutup tanah) dan sebagai pupuk bagi tanaman kelapa sawit. Alternatif lain pemanfaatan limbah padat kelapa sawit yang paling sederhana untuk Indonesia adalah menjadikannya briket, biogas, bahan baku pulp/ kertas. Limbah cair dari proses pengolahan dirombak secara anaerobik sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Alternatif lain pemanfaatan limbah cair adalah sebagai biogas dari gas metan (CH4) dan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil perombakan limbah secara anaerobik.